Kamis, 31 Mei 2012

Lembar

dan bila gerimis menyunting waktu, aku dan langit berebut mencipta bianglala. aku mengabadikan dalam bait, namun langit adalah imaji. menjadi guru ketika aku hilang arah, tengadah berharap langit penuh tanda. sebab disetiap keindahan ada pedoman menuju kata. sebongkah rembulan memahat prasasti dengan laksa kata-kata yang merangkum rindu dan hangat dekapan. sejumlah cumbu yang membara. aku bukanlah pujangga apalagi langit malam. tetapi, dari setiap kata yang kumiliki, kuciptakan untukmu lembar puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar